Kehidupan beserta unsurnya adalah guru terbaik. Kita bisa belajar dari apapun atau siapapun, bahkan hewan sekalipun yang derajatnya dianggap lebih rendah dari manusia. Bahkan angin sekalipun.
Layaknya angin, kamu harus bisa hidup untuk memberikan kesejukan. Walau terkadang angin itu membawa debu, pasir, kotoran, namun itulah yang disebut dengan kehidupan. Seseorang bisa saja membencimu karena menerbangkan kertas penting milik orang lain. Seseorang bisa saja membencimu tatkala merasa terganggu karena kamu membuat rambutnya berantakan. Tapi seseorang itu tetap akan membutuhkanmu, bahkan mencarimu disaat terik menyelimuti tubuhnya.
Itulah manusia, itulah yang dinamakan dengan kehidupan. Bahkan, disaat semua orang memandangmu remeh, pasti sesama manusia akan membutuhkanmu. Belajarlah dari angin, tidak memiliki dendam dan amarah.
Hiduplah seperti matahari, karna sinarnya kekal abadi. Sederhana, tapi mengena. Namun seringkali kita lupa, bahwa hidup akan terasa indah jika kita saling berbagi, mengerti, menghormati, menjaga satu sama lain. Amarah bisa membuat rusak persaudaraan, bahkan karena hal yang sederhana, putuslah persaudaraan di antara kita semua.
Ada pepatah “Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana pohon yang berbuah. Mereka melemparinya dengan batu, tetapi ia membalasnya dengan buah.” mudah dicerna, tapi seringkali luput untuk diterapkan. Itu karena amarah, rasa kesal kita terhadap sesuatu yang sebenarnya simpel. Namun itulah manusia, itulah gejolak dan dinamika kehidupan. Manusia tetaplah manusia. Manusia saling membutuhkan satu sama lain, manusia saling bergantung satu sama lain, karena manusia adalah makhluk sosial.
Lihatlah hewan yang seringkali kita anggap derajatnya lebih rendah dari manusia? Lihatlah, kawanan gajah menjaga satu sama lain, Lihatlah kawanan burung menjaga satu sama lain, bahkan kawanan macan dan singa yang dianggap sebagai penguasa hutan, masih tetap saling menjaga. Lalu Bagaimana dengan kita? Lihatlah, kita saling mencaci, kita saling mengumpat, kita saling berdebat, hanya karena hal yang sepele, dan hal yang belum pasti.
Lihatlah,Berapa banyak hubungan antar teman dan saudara yang rusak hanya karena kita berbeda pilihan. Kita dengan mudah menggadaikan persaudaraan, pertemanan dengan seseorang yang jelas berada di depan mata kita hanya karena politik. Sedangkan kita dengan mudah berkoalisi dengan seseorang yang tidak jelas keberadaannya, tidak jelas wajahnya, tidak jelas karakter dan sifatnya, hanya karena mempunyai pandangan yang sama dalam perpolitikan.
(Moshe Wirabudi)
Comments