YOGYAKARTA – Aksi 21-22 Mei 2019 merupakan peristiwa yang membekas di benak pikiran masyarakat Indonesia.
Pengumuman hasil perolehan suara yang seharusnya menjadi momen membahagiakan berakhir ricuh. Demonstrasi lahir karena adanya penolakan hasil perhitungan suara Presiden Indonesia periode 2019-2024.
Bentrok antara massa dan aparat keamanan tak terelakkan. Pukulan, tembakan, pembakaran semuanya dilakukan dalam rangka mengekspresikan rasa tak terimanya terhadap calon yang terpilih. Tak sedikit orang yang menjadi korban dalam peristiwa ini, baik yang terluka maupun yang tewas.
Baru-baru ini, media massa dan media sosial dikejutkan oleh sebuah video yang menampilkan pengeroyokan oleh aparat keamanan terhadap seorang pemuda.
Tidak hanya video, di media sosial Twitter beredar sebuah tweet yang diunggah oleh seorang bernama Mustofa Nahrawardaya lewat akunnya @AkunTofa.
Pada tweet yang diunggahnya, Mustofa melaporkan peristiwa pengeroyokan aparat kemanan kepada seorang anak berumur 15 tahun bernama Harun Rasyid di Masjid Al Huda, Kampung Bali, Tanah Abang. Fosveras menemukan pro-kontra dari unggahan ini.
Beberapa mengucapkan ungkapan bela sungkawa hingga membuat tagar #PrayForHarunRasyid agar Harun dan keluarganya mendapatkan keadilan. Tetapi, beberapa juga mengatakan kalau hal tersebut hoax atau informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk memprovokasi.
Salah satu yang mengungkapkan kalau informasi tersebut palsu ialah Saila Salsabila. Pada akun Twitter miliknya, yaitu @sailasalsabil, terdapat sebuah post yang mengatakan kalau informasi tersebut palsu.
Untuk mengetahui fakta yang sebenarnya, mari ikuti 3 langkah cerdas yang digunakan Fosveras untuk memeriksa fakta.
CEK FAKTA TWEET @AkunTofa
1. Memeriksa lewat Twitter
Langkah pertama yang dilakukan oleh Fosveras adalah menelusuri media sosial Twitter untuk mencari kebenaran dari tweet tersebut.
Fosveras memutuskan untuk mencari informasi melalui akun milik Saila. Dalam thread yang diunggahnya, Saila mengatakan kalau kabar yang ditulis oleh @AkunTofa adalah hoax.
Ia memaparkan seluruh bukti yang dikumpulkannya agar khalayak dapat mengetahui kebenarannya. Saila menyebutkan kalau tweet yang telah diunggah itu pun telah di hapus oleh @AkunTofa. Selengkapnya bisa klik tautan berikut ini: https://twitter.com/sailasalsabil/status/1132131078309851136
2. Memeriksa lewat Google Images.
Tak berhenti di Twitter, Fosveras memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah memeriksa fakta tersebut melalui Google Images. Fosveras mengunduh lalu mengunggah foto seorang anak berbalut perban yang diyakini sebagai Harun.
Kemudian, Fosveras menemukan beberapa daftar media daring yang mewartakan peristiwa ini.
Fosveras mengakses satu per satu media daring di atas. Pada media daring Makassar Inside, kami tidak menemukan sumber yang jelas dari gambar yang digunakan oleh awak media. Fosveras juga menelusuri media daring Kabar Today dan menemukan hal yang sama, yaitu tidak jelasnya sumber foto yang digunakan oleh awak media.
Lalu, kami memutuskan untuk mengakses media daring Semarang Inside. Namun, terdapat keganjilan, yaitu berita yang diunggah tidak dapat ditemukan.
3. Mencari berita lain lewat Google
Untuk menjawab teka-teki ini, Fosveras kemudian mencari referensi berita lainnya melalui mesin pencarian atau Google. Dengan memasukkan kata kunci "Harun Rasyid", Fosveras disuguhkan berita lain yang diunggah oleh beberapa media daring, seperti Tirto.id dan Tempo.co
Dalam berita tersebut, Tirto.id memuat informasi kalau Harun bukan pemuda yang dikeroyok oleh aparat di Masjid Al Huda, Kampung Bali.
Selain Tirto.id ada pula berita yang diunggah oleh media daring Tempo.co
Fosveras juga menemukan sebuah artikel pemeriksaan fakta yang dilakukan oleh Tempo.co
Berdasarkan cek fakta yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan kalau informasi yang disebarkan oleh @AkunTofa adalah informasi palsu. Pengeroyokan tersebut memang terjadi, tetapi pemuda yang dikeroyok bukanlah Harun, melainkan pelaku perusuh aksi 22 Mei 2019.
Saat ini informasi memang mengalir deras dan bebas. Jadi, kita harus berhati-hati dalam mengonsumsi informasi yang beredar. Jangan sampai kita menjadi korban informasi palsu. Langkah-langkah di atas bisa diikutin nih, Foster. Atau bisa juga cek fakta menggunakan Hoax Buster Tools.
Stay Smart, Stay Safe.
Commentaires